Hipotesis : Sumber Kesulitan (Kegagalan) Pendidikan (Pengajaran)


Pendidikan atau pengajaran dapat kita pandangan sebagai sebuah sistem yang berfungsi melakukan transformasi calon peserta didik dengan spesifikasi (hard dan soft) awal menjadi manusia yang memiliki spesifikasi hard dan soft baru, dimana kemampuan atau spesifikasi baru ini sesuai dengan rancangan kurikulum atau sistem pendidikan yang dibuat.

Rancangan sebuah sistem pendidikan didasarkan pada capaian pendidikan atau capaian pembelajaran yang diturunkan kedalam proses, metode, dan alat bantu. Berdasarkan rancangan ini pula, dibuat sistem evaluasi dan penilaian untuk memastikan bahwa peserta didik yang keluar dari sistem benar – benar telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

Hakekat sebuah rancangan adalah melayani kepentingan tertentu. Kepentingan ini biasanya (umumnya) bersifat spesifik. Ini juga dapat dilihat pada rancangan pembelajaran yang memuat capaian yang spesifik. Dengan kata lain, hakekat rancangan pembelajaran dan capainnya adalah narrow (sangat sempit) dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri.

Bagaimana dengan calon peserta didik? Allah berfirman bahwa manusia diciptakan berbeda – beda. ini artinya ada perbedaan potensi, kemampuan, karakter, sifat, bahkan sampai perbedaan ekonomi dan kemampuan sosial. Setiap karakteristik punya peruntukannya sendiri. Dari sini, peruntukan setiap karakteristik adalah kehidupan itu sendiri. Sunatullah kehidupan adalah luas dan kompleks. Bahkan menurut Enstein, akan terus berkembang. Artinya, calon peserta didik akan memiliki sebaran karakteristik, dimana sebaran ini semuanya adalah positif dan tidak dapat dirubah atau dikontrol, bahkan sebaran ini akan membesar dan menciptakan perbedaan – perbedaan baru, karena kehidupan yang akan diisi juga berkembang.

Dari sini timbul pemikiran. Bagaimana sebuah sistem pendidikan dapat merubah sesuatu yang tidak dapat dirubah (melekat), dan terus berkembang, menjadi sesuatu yang sepsifik atau menyempit dalam konteks capaian pembelajaran. Kurikulum memaksa manusia untuk terdiri dari beberapa karakteristik saja. ini yang melawan hukum alam yang dijelaskan di atas.

Proses perlawanan ini sangat terasa ketika kita menjalani proses pembelajaran. mahasiswa yang berbeda, memiliki daya tahan belajar yang berbeda, punya kebiasaan belajar yang berbeda, bahkan mimpi yang berbeda. Perbedaan – perbedaan ini dihadapkan pada pengajar yang berusaha merubah mereka menjadi spesifikasi yang sempit tadi dengan cara – cara yang relatif sama dari waktu ke waktu.

Jadi secara hipotesis, ingin dikatakan bahwa cara kita mengelola pendidikan sudah keliru. Dan dapat diprediksi bahwa makin kedepan, kita sebagai pendidik akan berhadapan dengan “kesulitan” yang makin besar, karena secara alamiah, peserta didik akan semakin variatif.

Apa yang dapat dilakukan???
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak kanal. Variasi itu harus dibuat kanal – kanal yang berbeda. Meskipun secara alamiah manusia memiliki keterbatasan mengelola jumlah perbedaan, semakin variatif semakin susah di kelola. Kanal – kanal ini harus mengimbangi sebanyak mungkin karakteritik, sehingga kedepan, kanal akan tambah banyak sejalan dengan penambahan karakteristik.

Disinilah dibutuhkan karakteristik lincah dari lembaga pendidikan. keterbatasan kemampuan dapat diimbangi dengan kerjasama. Potensi yang ada di internal lembaga dapat diupayakan untuk semakin mencipta kanal – kanal pendidikan yang cocok.

Kesimpulan.

Yang harus dilakukan adalah mengelola perbedaan dengan memfasilitasi setiap perbedaan, bukan memaksakan sesuatu yang berbeda untuk mengikuti jalur yang sama. Keterbatasan kemampuan dalam mengelola perbedaan dan keterbatasan “fasilitasi”yang diberikan disarankan untuk berkolaborasi, sehingga budaya keterbukaan, transparan, adil, dan bertanggungjawab menjadi keharusa.

Jika ini tidak dilakukan, maka kita akan terus bergulat dengan masalah – masalah yang sebenarnya adalah kita yang salah karena melawan ketetapan TUHAN. Wallahuallam, ini adalah sebuah hipotesis.

 

,

Leave a Reply