Esensi Knowledge Management


Nonaka (2008), dalam Managing Flow – A Process Theory of Knowledge-Based Firm menyebutkan bahwa salah satu karakteristik dari Knowledge adalah “ Knowledge is Aesthetic “ yang berarti bahwa pengetahuan dihasilkan dari sebuah kepercayaan (belief), dan untuk menjadi sebuah pengetahuan, maka kepercayaan tersebut harus dapat dijustifikasi sebagai sebuah kebenaran (truth). Ini berarti pengetahuan (knowledge) hadir berdasarkan value judgement, dimana judgement itu sendiri sangat bergantung dari bagaimana kita mempersepsikan kebenaran (truth), kebaikan (goodness), dan keindahan (beauty).

“ Knowledge berasal dari kepercayaan yang dituangkan dalam praktek kehidupan” : Hipotesis testing

Hipotesis dibuat dari judgement berdasarkan persepsi akan kebenaran sebelumnya, kebaikan, dan keindahan”

Ketika hipotesis teruji (diterima) maka akan mendapatkan validasi (kebenaran), sedangkan jika tidak maka harus dicari kembali.

Beberapa sumber yang menjelaskan bahwa kunci sukses atau kinerja akan didapatkan melalui pengetahuan adalah sebagai berikut:

  1. Al-Quran

Dalam Al-Quran ALLAH berfirman :

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ

Artinya :

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

  1. Hadist Rasulullah Muhammad SAW.

Diriwayatkan dari Thabrani, Rasulullah bersabda

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ (رواه الطبراني)

Artinya:

Barangsiapa yang menginginkan (sukses) kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan (sukses) kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan (sukses) keduanya maka itupun harus dengan ilmu (HR. Thabrani)

Diriwayatkan dari Hakim

من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون. ( رواه الحاكم

Artinya :

Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka” (HR Hakim)

Perenungan dari Referensi 1 dan 2

Hadis kedua memperlihatkan (salah satunya) konsep inovasi dan peningkatan berkelanjutan. Dimana dalam literatur, proses inovasi dan peningkatan berkelanjutan (continues improvement) memerlukan knowledge yang dalam dan kompleks (Hadis 1). Sisi lainnya adalah, bahwa manusia tidak pernah akan tahu apakah hari ini akan lebih baik dari kemarin, yang dapat dilakukan adalah berusaha semaksimal mungkin (berusaha tentu membutuhkan ilmu), oleh karena itu, siklus antara evaluasi dan perbaikan menjadi keharusan, dan biarlah niat perbaikan itu yang memebuat hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini. Oleh karena itu, komitmen (niat) dan berproses (belajar dan berbuat sesuai yang dipelajari) relatif terhadap niat menjadi hal utama dari hadis ini, karena hasil kita tidak tahu, karena esok atau apa yang akan dilakukan hari ini tetap merupakan sebuah hipotesis (rencana) atau pengetahuan awal.
.:. komitmen untuk kedepan lebih baik (visi terbaik adalah yang paling akhir, ALLAH) –>belajar dan berbuat (itu saja tugas kita) –> Output (Allah yang akan menentukan).
Berdasarkan hadis 1 dan 2 maka, hidup adalah inovasi, dimana kita “diminta” untuk berkomitmen kuat kemudian belajar dan berbuat secara bersamaan. Artinya hidup tidak bisa statis tapi bersifat dinamis, dan berputar dalam dinamika merupakan cara hidup. Dalam putaran pasti ada gesekan, sakit, lelah, konflik, dan sebagainya..namun jika kita kembali kepada visi, maka semua akan terasa “indah”.

  1. Porter (1990) : HBR – The Competitive Advantage of Nation mengungkapkan bahwa daya saing (competitiveness) sangat bergantung pada kemampuan / kapasistas industri untuk melakukan inovasi dan peningkatan (innovate and upgrade). Basis atau dasar kompetisi terus dan akan terus mengalami peningkatan kearah penciptaan dan asimilasi pengetahuan.”
  2. Nonaka dkk. (1994) : Organizational Knowledge Creation Theory mengungkapkan bahwa kapabilitas organisasi dalam menciptakan pengetahuan semakin mendapatkan perhatian sebagai sumber competitive advantage yang potensial bagi perusahaan yang berada dalam pasar terbuka (global).
  3. Choo (1996) : dalam The Knowing Organization mengungkapkan bahwa Organisasi menggunakan informasi dalam tiga area strategis, yaitu pembuatan keputusan penting, untuk membuat sense of change dalam beradaptasi dengan lingkungan, dan melalui proses pembelajaran organisasi menjadikan informasi untuk menciptakan pengetahuan yang digunakan dalam inovasi yaitu perancangan produk baru, peningkatan produk eksisting, dan improve proses yang terjadi didalam organisasi.
  4. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) (1996) dalam publikasi yang berjudul The Knowledge-Based Economy menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi semakin berbasiskan pengetahuan dan informasi. Knowledge pada saat ini dikenali sebagai penggerak (driver) dari produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ini membawa pada fokus baru yaitu bagaimana peran informasi, teknologi, dan learning (pembelajaran) dalam mendapatkan kinerja (performance) ekonomi yang diharapkan.

OECD melakukan analisis untuk memahami dinamika dari knowledge-based economy dan hubungannya dengan ekonomi tradisional yang direfleksikan dalam “the new growth theory” yang mengungkapkan bahwa perkembangan kodifikasi pengetahuan yang ditransformasikan melalui jaringan komunikasi dan komputer telah membentuk information society, sementara disisi lain, kebutuhan akan tenaga kerja yang dapat meng-adopsi pengetahuan atau skill dan terus melakukan pengembangan skill ini membentuk “learning economy”. Pentingnya difusi antara pengetahuan dan teknologi membutuhkan pemahaman akan “knowledge network” dan “national innovation systems”. Yang paling penting adalah diungkapkannya isu dan pertanyaan yang muncul sejalan dengan berkembangnya knowledge-based economy adalah bagaimana pengembangan (development) dan mantenance dari basis pengetahuan dimaksud.

 

OECD merupakan organisasi dunia yang memiliki misi yaitu mengusulkan kebijakan yang dapat memningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Saat ini, beranggotakan 34 negara, termasuk didalamnya   negara-negara besar Eropa, amerika serikat, dan negara – negara di benua amerika maupun australia.

 

 

  1. Drucker (2000 p.265-266), dalam The Age of Discontinuity menjelaskan bahwa knowledge telah menjadi dasar dalam ekonomi. Kebutuhan dunia industri, pemerintahan, swasta dan seterusnya akan pengetahuan ditunjukkan dengan semakin meningkatnya permintaan konsultasi dengan berbagai keilmuan seperti scientist, chemists, physicists, engineers, geographers, geologists, mathematicians, economists, linguists, psychologists, anthropologists, dan marketer, yang menyebabkan penghasilan para ilmuan ini meningkat melalui jasa konsultasi ataupun jasa penelitiannya di luar kampus.

Lebih jauh, Peter Drucker menyebutkan bahwa fakta-fakta dasar tersebut menunjukkan bahwa knowledge telah menjadi produktif, dimana akuisisi informasi secara sistimatik dan purposeful termasuk didalamnya aplikasi knowledge secara sistematik telah menjadi pondasi baru dalam bekerja, produktivitas, dan memenangkan persaingan.

 

  1. Smith (2000) dalam paper “What is the ‘knowledge economy’? Knowledge intensive industries and distributed knowledge bases” menjelaskan bahwa pertumbuhan di beberapa sektor industri terlebih pada sektor – sektor industri yang kurang glamor seperti industri ICT dan Biotech sangat tergantung pada basis inovasi yang dilakukan. Lebih jauh disebutkan bahwa inovasi sangat bergantung pada basis pengetahuan yang dalam dan kompleks. Inovasi yang dimaksudkan bukan hanya untuk sektor baru tapi juga mengembangkan sektor yang sudah ada. Inovasi dan perubahan ini selanjutnya akan terjadi dari waktu ke waktu dan menjadi subjek dari perubahan yang bersifat diskontinyu (terkait dengan buku peter drucker yang berjudul the age of discontinuity).

Drawing1

(sumber : Slide Pak Iwan – Perencanaan Teknologi-Perkembangan Teknologi, 2012)

Gambar menjelaskan bahwa antara inovasi 1 dengan inovasi berikutnya terjadi substitusi atau penggantian oleh hasis inovasi yang baru. Adanya penggantian ini menyebabkan inovasi (teknologi sebelumnya) tidak digunakan lagi (aging) dengan kata lain terjadi discontinuity teknologi atau inovasi sebelumnya.

 

“perkiraan : pada periode sebelumnya terjadi 1 teknologi bisa digunakan secara berlanjut sehingga yang menang bersaing sesuai yang disampaikan oleh porter adalah:

  1. Yang menguasai pasar (keunggulan harga)
  2. Yang memiliki produk yang beda (tidak sama)

Terlebih sebelumnya diungkapkan bahwa improvement (1 teknologi) adalah basis untuk menang, sekarang sudah tidak cukup lagi.

Namun dengan inovasi, maka keunggulan akan terletak pada kemampuan siklus inovasi, karena dalam information-based society, perubahan adalah hal yang mutlak.

Jadi memenangkan persaingan adalah dengan siklus inovasi :

Inovasi baru –> implementasi –>improvement –>Maturity –> Inovasi baru

9. Blomström dkk (2002) dalam Growth And Innovation Policies For A Knowledge Economy: Experiences From Finland, Sweden, And Singapore menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman dari Finlandia, Swedia, dan Singapura, negara berkembang dapat bergeser dari negara berbasiskan material dan tenaga kerja menjadi yang lebih maju (knowledge and technology sectors) dengan menerapkan kebijakan yang sesuai dan investasi yang dilakukan pada modal fisik dan modal sumber daya manusia. Pertumbuhan dapat diperoleh dengan melakukan inovasi pada penciptaan teknologi baru atau dengan mengadopsi teknologi yang sudah ada. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kualitas tenaga kerja, pengalaman dan sumberdaya manusia, sistem pendidikan, yang dapat menciptakan kemampuan ekonomi untuk membuat ide baru atau mengadaptasi yang sudah ada.

 10. Powell dan Snellman (2004) dalam The Knowledge Economy menjelaskan bahwa knowledge economy sebagai aktivitas produksi atau sevice yang berdasarkan pada aktivitas knowledge-intensive yang dapat memberikan kontribusi dalam mempercepat kemajuan. Komponen kunci dari knowledge economy lebih pada kemampuan intelektual dari pada faktor fisik atau sumber daya alam. Pergeseran dari ekonomi berbasi faktor fisik dan sumber daya alam menjadi ekonomi berbasis intelektual telah dibuktikan dengan melakukan kajian terhadap data patent (aset pengetahuan) relatif terhadap perkembangan industri. Dari penelitian akan data patent ini didapatkan bahwa ekspansi industri yang terjadi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan industri baru yang ditunjukkan dengan meningkatnya patent seperti pada sektor industri informasi dan komputer, dan biotechnology.

11. Djeflat (2009) dalam Building Knowledge Economies for job creation, increased competitiveness, and balanced development : Individual country overviews menjelaskan bahwa inovasi dan pengembangan berbasis pengetahuan telah menjadi kunci sentral dalam pengembangan negara – negara di Middle-East and North Africa (MENA) khususnya dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, walaupun terdapat tantangan yang berbeda dalam setiap negara terkait dengan diversifikasi ekonomi dan tenaga kerja muda dalam konteksnya masing – masing.

12. Gharajedaghi (2011) : System Thinking – Managing Chaos & Complexity mengungkapkan bahwa kemajuan dalam teknologi informasi, komunikasi, dan reverse engineering membuat competitive advantage (technological distinction) menjadi mudah untuk ditiru, copy, dan reproduce dalam waktu yang pendek. Namun keunggulan dalam process technology akan memberikan 2 keunggulan, pertama : pusat keunggulan berada pada knowledge worker yang tidak mudah ditiru, dan kedua : kompetensi dalam process technology membuat mudah dalam mentrasfer pengetahuan (knowledge) dari satu konteks ke konteks yang lain, yang akan memudahkan dalam operasionalisasi dari pengetahuan baru. inilah yang akan memberikan dampak pada peningkatan kinerja kecepatan time-to-market, lower break-even point, varietas produk yang lebih baik, dan lebih cepat dalam meresponse perubahan pasar.

KESIMPULAN

 

Berdasarkan Belief dalam ayat dan Hadist

Dan melalui beberapa penelitian maupun pernyataan pakar dalam bidangnya, maka dapat disimpulkan

 Performance (Y) = Optimisasi F(Knowledge X)

Adalah sebuah kepercayaan yang telah tebukti (truth).

 


Leave a Reply