Sifat Pemaksaan Dalam Kreasi Manusia


Teringat waktu belajar Manajemen Teknologi di ITB tahun 2012. Salah satu materi awal yang diajarkan adalah mendefinisikan teknologi. Definisi teknologi berkembang dari sekedar tools atau alat bantu sampai pada definisi teknologi sebagai sebuah sistem. Sistem pada kenyataanya adalah image (metal model) yang dibuat oleh manusia. Artinya, teknologi dapat berwujud (mental model yang di buat nyata atau diproduksi) dan tidak berwujud (mental model yang menjadi set of rule atau budaya). Singkat kata, apapun kreasi manusia yang ada di muka bumi, bersumber dari image (mental model) yang ada dalam pikirannya. dan kreasi itu dapat dimaknai dan dipandang atau dikaraterisasi sebagai sebuah sistem. Terakhir sistem adalah sebuah teknologi. Teknologi adalah segala sesuatu yang ada di muka bumi sebagai hasil karya manusia baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Ada yang menarik dari teknologi atau kreasi manusia tersebut, yaitu karya manusia itu bersifak MEMAKSA. sifat ini sangat mudah dilihat, dirasakan, dan digengar dalam kehidupan sehari – hari.

contoh:

  1. Karya atau kreasi yang disebut sebagai sistem informasi. Dalam sistem informasi, setelah sistem dirancang dan diimplementasikan, siapapun user atau pengguna harus mengikuti cara kerja sistem informasi tersebut. user atau manusia dipaksa mengikuti sistem. jika manusia menolak maka sistem tersebut tidak akan bermanfaat sehingga eksistensinya menjadi tidak berguna. artinya, salah satu faktor sukses sistem informasi adalah kemauan manusia sebagai pengguna untuk patuh dan turut terhadap set yang telah ditentukan dalam sistem informasi tersebut.
  2. karya atau kreasi manusia yang berupa produk seperti mobil, tools, pesawat, dll. Semua alat bantu ini memaksa manusia untuk patuh dan taat sesuai manual yang ada. Jika manusia tidak taat dan patuh maka, karya tersebut tidak akan dapat dimanfaatkan. Walaupun kita dapat menyebut ketaatan itu sebagai kepatuhan fungsional.
  3. Kreasi atau karya manusia yang disebut sebagai budaya. Budaya juga memaksa manusia untuk turut dan patuh pada ajaran dan perilaku dalam budaya tersebut. jika manusia menolak, maka ia akan menjadi bagian yang tersisih dari budaya tersebut. Budaya punya banyak wujud, seperti budaya perusahaan, budaya masyarakat, budaya pemerintahan, dan seterusnya baik yang formal (regulated) maupun non formal (unregulated)

FAKTOR SUKSES ADALAH KETAATAN ATAU KEPATUHAN

Dengan penjelasan di atas, salah satu faktor sukses teknologi yang penting adalah adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap bagaimana karya tersebut dirancang dan di produksi termasuk bagaimana ia bekerja. Sukses sebuah sistem informasi adalah ketika user mau patuh mengikuti proses bisnis yang ada dalam aplikasi dalam penggunaanya. Sukses sebuah alat bantu, kendaraan, atau produk adalah ketika pengguna atau pelanggan mengikuti semua maual dan spesifikasi yang ditentukan. Sukses sebuah kreasi budaya dan sistem abstrak juga tergantung terhadap ketaatan dan kepatuhan terhadap manusia terhadap aturan main dari kreasi budaya tersebut.

TANTANGAN SUKSES SECARA ALAMI BERNAMA PENOLAKAN DAN KEBEBASAN

Manusia secara alami memiliki multi-perspektif, multi-value, multi-kondisi, sampai multi-jenis mulai dari tingkat genetis sampai tingkat perilaku. keberagaman secara alami ini membawa pada banyak bentuk kebebasan dan penolakan. Pilihan secara mandiri, dan sesuai dengan kepentingan masing – masing.

Disatu sisi sistem atau teknologi dibawa dengan bahasa pemaksaan, di sisi lain maunusia hadir dalam bahasa kemandirian dan kebebasan. Bagaimana mempertemukan ini? sebuah pertanyaan yang menjadi penelitian tiada akhir.

SOLUSI ITU BERNAMA KESAMAAN ESENSI, DAN KESAMAAN ESENSI ITU BERNAMA JALAN YANG LURUS

kontradiksi antara kepatuhan terhadap sistem dengan karakteristik alamiah manusia yang mandiri, bebas, dan multi-dimensi perlu dicari solusi implementasi yang dapat menunjang semua sisi. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan menjadikan esensi sebagai panduan. Jika terjadi perbedaan sampai pada level esensi, maka yang terjadi adalah perbedaan yang nyata, namun jika esensi sama, namun cara atau pendekatan yang berbeda, maka dapat ditemukan solusi.

Manusia adalah makhluk yang dibaluti oleh kebaikan, dan kebaikan adalah pemersatu universal. jadi esensi yang bisa menyatukan dan bisa mematuhkan atau membuat manusia menuruti adalah esensi-esensi akan kebaikan.

Jadi ketika kita membuat sebuah sistem, apa esensi kebaikan didalam sistem tersebut harus bisa dijelaskan. ketika kita membangun sebuah kultur, maka esesnsi kebaikan dari kultur itu harus bisa dijelaskan.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah esensi dapat diperdebatkan? jawabannya adalah bisa. namun kita tidak akan berdebat lagi tentang esensi ketika esensi itu sama – sama diyakini. jadi esensi kebaikan itu adalah esensi kebaikan yang universal yang dibaluti oleh keyakinan.

Disinilah mengapat keyakinan akan kebaikan itu akan mendrive manusia untuk taat dan patuh pada sistem yang dibuat. Dengan kata lain keimanan merupakan kunci sukses dari implementasi sistem atau teknologi. Ketika kita bisa mensosialisasikan kemimanan itu dalam konteks sistem dan teknologi yang kita bangun, maka orang – orang yang mengatakan dirinya beriman akan menerima dan mematuhinya, bukan patuh pada sistemnya, tapi kepatuhan pada sistem adalah wujud kepatuhan pada keimannanya.

KUNCI SUKSES IMPLEMENTASI SISTEM ATAU TEKNOLOGI

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dibuat kunci sukses implementasi sistem atau teknologi adalah

  1. Keyakinan manusia sebagai penggerak kepatuhan dan ketaatan melalalui penerimaan akan esensi kebaikan yang sejalan dengan keimanan tersebut (Keimanan).
  2. Kemampuan menjelaskan dan mensosialisasikan esensi kebaikan dari sistem yang dibangun (Dakwah)
  3. Ketegasan membuat benang merah antara esensi kebaikan yang diterima dan esensi yang ditolak (Lakumdinukumwaliadin).

Semoga ide pemikiran ini adalah jalan kebaikan. Amin.

 


Leave a Reply