2 Kezaliman MBO


Saya memahami zalim sebagai kesalahan menempatkan sesuatu. Contohnya, seorang programmer di tempatkan pada bagian akuntansi di dalam sebuah perusahaan. Contoh yang lain adalah, ketika seorang mempekerjakan anak dibawah umur sebagai tenaga kerja, tidak membayar pegawai yang sudah bekerja, dan seterusnya. Pada intinya contoh – contoh ini adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Salah tempat dan salah pasang ini adalah realisasi dari apa yang saya sebut ketidakadilan.

Belakangan ini, di sebuah Perguruan Tinggi menerapkan sebuah sistem manajemen kinerja (MBO) dengan nama Kontrak Manajemen. Setidaknya berdasarkan apa yang saya pahami, terdapat 2 kezaliman yang terjadi.

Kezaliman #1 : Memberikan Indikator dan Target dimana Pihak Yang Diberikan Tidak Dapat Mengendalikan Proses Pencapaiannya.

Ada yang pernah mengatakan bahwa salah pasang seperti ini seperti gatal yang tidak bisa digaruk. Bagaimana mungkin kita menargetkan sesuatu ke orang yang dia tidak memiliki kewenangan untuk mengendalikan proses untuk mencapainya. Ada yang mungkin mengatakan bahwa “dapat” dilakukan permintaan melalui kekuatan pimpinan yang pastinya punya kontrol terhadap proses tersebut. Solusi ini membuat organisasi bekerja dengan 2 titik potensi gagal. Potensi gagal pertama adalah ketika pimpinan sibuk dengan kursinya dan merasa semua sudah berjalan sebagaimana mestinya, sementara kenyataannya tidak, sehingga membuat pelaksana merasa bingung sendiri. Kegagalan kedua adalah kegagalan mengorganisasikan sehingga muncul tanggungjawab tanpa kewenangan sumberdaya atau kendali proses. Ketika kedua kegagalan ini terjadi, maka rasa ketidak adilan yang muncul dapat berbahaya bagi suasana (iklim) kerja. Kemalasan, saling lempar kesalahan, tidak peduli dengan unit kerja yang lain, menekan bawahan atau unit lain, merupakan gejala – gejala penyakit akibat kezaliman ini.

Kezaliman #2 : Salah Pasang Reward and Punishment

Customer diminta memberikan feedback, dan ketika feedback itu tidak baik, maka customer mendapatkan punishment. Sungguh aneh memang, namun terjadi di depan mata. Pengukuran terhadap kepuasan pegawai, dan jika nilai pengukuran rendah maka kinerja menjadi rendah sehingga gaji bisa diturunkan. Menyeramkan memang, karena ini bisa bermakna

Pengekangan Aspirasi

Pegawai tidak dapat menyampaikan ketidak puasan karena berpikir tentang penghasilan yang akan menurun. sistem manajemen telah mengekang potensi pemberian feedback (aspirasi) yang berguna bagi perusahaan.

Membangun Ketidakjujuran

Sistem manajemen by-design dirancang untuk membuat pegawai melawan dirinya apakah akan jujur atau asal bapak senang.

Tidak Mau Belajar

Belajar itu melalui feedback salah satunya, ketika feedback selalu positif, sementara tidak mencerminkan kondisi nyata, maka perusahaan tidak belajar dari kekurangan. Artinya kekurangan akan terulang sehingga pada waktunya berbahaya bagi bisnis.

Merendahkan Kemanusiaan Pegawai

Manusia tidak boleh tunduk pada apapun dimuka bumi ini selain pada penciptanya. Sistem manajemen seperti ini memaksa pegawai untuk takut pada Gajinya. Secara sistem, manajemen telah “memaksa” pegawai untuk sirik dengan menjadikan pegawai takut akan gajinya.

Semoga sistem manajemen seperti ini segera dirubah.

HATI – HATI DENGAN APA YANG ANDA UKUR, KARENA APA YANG ANDA UKUR MENENTUKAN PRILAKU ANDA. PRILAKU ANDA MENENTUKAN KUALITAS ANDA.


Leave a Reply